Keep Calm and Be Single Happy

Sambil denger lagu ini ya :)

“Sendirian terus nih? Kapan punya pacar?”

Pertanyaan seperti diatas mungkin bakal jadi pertanyaan wajib tiap kali gue ketemu sama teman ataupun saudara saat ada acara-acara keluarga ataupun pernikahan teman. Pacar, sepertinya udah jadi suatu keharusan bagi seseorang untuk jadi pelengkap di suatu acara, pengisi status di media sosial, atau pengisi galeri di instagram.

Apakah memang harus seseorang memiliki pacar? Emang kalau gak punya pacar bakalan mati? Seandainya saja di dunia ini gak ada Raditya Dika ataupun akun Dagelan yang membuat seorang single putus asa. Haha. Tanpa harus pacaran pun, gue merasa tetap bahagia. Karena pacaran itu memang bukan suatu tuntutan.

Single Happy
Banggalah menjadi seorang single. Itu yang selalu gue pikirin. Gue bisa survive tanpa seorang pacar, karena gue gak mau direcokin oleh kata-kata orang lain yang menganggap bahwa gue udah harus punya pacar. Gue udah membentuk “immunity” terhadap ocehan orang lain. Yang ada, malah gue merasa menjadi orang yang harus bersyukur dengan apa yang udah terpenuhi buat gue sekarang. Gak perlu galau karena gebetan udah keduluan di tembak, gak perlu gelisah karena pacar gak ngasih kabar. Gue bangga menjadi seseorang yang bisa bertahan dari tekanan-tekanan di lingkungan sekitar gue. Dan itu membuat gue belajar agar menjadi seseorang yang lebih kuat.

Kebanyakan orang juga akan bilang : Pacaran itu emang buat repot, perlu tenaga dan pikiran ekstra, tapi itu bisa bikin bahagia. Apa memang selamanya bahagia cuma bisa didapetin lewat pacaran? Kan gak! Bahagia bisa didapetin bersama ayah dan ibu, orang yeng memiliki kasih sayang tak terbatas. Apalagi gue yakin bisa menyeimbangkan kehidupan gue dengan baik, dan hubungan pacaran gak jadi prioritas gue, karena ada target lain yang masih gue kejar.

“Kenapa gak coba dulu sama si A? Atau sama si B? Kalau gak cocok, ya kan bisa cari lagi.” Ini mungkin juga jadi argumen orang-orang. Emang dikira pacaran itu kayak nyobain baju kali ya? Atau macem asas ekonomi gitu. Asal ada yang mau, dipacarin aja. Gue sangat keberatan sama pemikiran macam ini. pasangan itu bukan Cuma asal suka sama suka. Tapi yang memang tepat. Mungkin orang berpikir kalau gue sombong atau jual mahal, atau standar tinggi, sampai gak punya pacar. Padahal gue Cuma memastikan bahwa hubungan itu terjalin dengan orang yang tepat. Ingat,  “The One” itu gak datang secepat kilat (tapi lebih cepet paket YES deh. Hehe).

“Tidak ada pacaran Dalam Islam”, Ketika kebanyakan orang tak akan keberatan memulainya karena hanya berpikir berlandaskan rasa, gue menempatkan ajaran agama sebagai acuan utama. Itu sah-sah saja kan, karena memulai atau tak memulai hubungan adalah keputusan yang personal. Akan sangat sulit menentukan aturan ‘pacaran’ yang bisa berlaku buat semua orang. Bahkan konsep pacaran zaman dulu saja sangat berbeda dengan zaman sekarang. Ajaran agama justru bisa jadi acuan yang konsisten dalam mengatur hubungan kita dengan sesama manusia, termasuk pasangan dan calon pasangan.
 
Married


“Jadi Sebenarnya apa sih tujuan utama orang pacaran? Buat pendekatan personal satu sama lain? Buat teman ke pernikahan?
Jika alasannya Cuma buat pendalaman, kan banyak cara lain selain pacaran. Kalau buat status, emang gak bisa hidup kalau statusnya single? Kalau buat pernikahan, kenapa gak langsung aja?”



Gue punya pikiran seperti itu, karena emang gue gak sepaham sama konsep paqcaran itu buat “coba-coba” pasangan sebelum menikah. Apalagi, ajang tersebut justru bisa bikin sakit hati, galau, gak enak ngapa-napain kalau ternyata gak sesuai espektasi yang diharapin. Menurut gue, kalau tertarik dan sudah sama-sama serius… langsung menikah bukanlah masalah!

Semoga orang yang seringkali memandang miring keputusan itu bisa mengerti: pacaran itu bukan keharusan!

Tetap Happy ya :)

No comments:

Post a Comment