TEPIAN, Teduh Rapi Indah Aman Nyaman. Itulah semboyan
singkat dari kotaku tercinta, Samarinda. Semboyan yang pasti akan sangat
menyenangkan bagi yang menempatinya. Tapi kadang, ekspektasi memang tidak
sejalan dengan kenyataan.
Kotaku tercinta ini sekarang disekap oleh lahan tambang,
dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat, dikepung oleh banjir yang siap
menyerang bila bala bantuannya, hujan, ikut bergabung. Hilang sudah keteduhan
yang direbut oleh panasnya batu bara, kerapian dan keindahan pohon-pohon yang
tergantikan bayangan bangunan pencakar langit, dan keamanan serta kenyamanan yang
diintai oleh genangan air yang menjadi banjir.
from : pesutmahakam.files.wordpress.com/ |
Mungkin orang-orang akan bilang “Kenapa sih, ikam sibuk
banar mikirin kondisinya Samarinda? Ikam handak jadi Walikota kah?” Gini, wal. Gue emang bukan lahir dan
dibesarkan di Samarinda, Tapi, Samarinda udah Menjadi kampung halaman kedua
buat gue. Tempat gue mendapat ilmu yang bisa gue gunain buat orang banyak, wal.
Kadada salahnya kan kalau gue juga berpikir kritis demi kemajuan kota tercinta
ini.
Baru-baru ini, ada rencana pembangunan salah satu taman
bermain Indoor terbesar Indonesia di Samarinda. Tentunya ini jadi kabar yang
(mungkin) menyenangkan. Bisa menarik wisatawan untuk mengunjungi Samarinda dan
menambah profit daerah. Tapi, agak tertohok kalau gue harus menjawab pertanyaan
orang “Eh, gue mau liburan nih. Taman indoor yang di Samarinda apa Makassar ya?
Kalau di samarinda ada apa aja? Kalau di makassar kan ada pantai losari, museum
lagaligo, bla, bla, bla”. Dan, gue harus menyerah, baru di pertanyaan pertama. Setiap
search di google dengan keywoard “wisata Samarinda”, yang muncul hanya desa
Pampang. Selebihnya malah muncul Pantai beras Basah atau pulau Kumala. Duh, itu
punya tetangga.
Sama seperti
perbincangan beberapa hari yang lalu, teman gue yang dari lahir sampai umur 23
tahun menetap di Samarinda, pernah nanya ke gue “mumpung liburan nih. Mau keliling
samarinda. kira-kira wisatanya ada apa aja ya?”. Ya elah, gue baru 6 tahun di
sini. Kalah 17 tahun dari dia yang punya kesempatan buat main di sudut gorong-gorong
samarinda. Tapi gue juga jadi sadar. Tempat apa yang menarik buat jadi review
wisata di Samarinda ?
Dari pengamatan gue, Indonesia gak seperti Amerika, yang
punya libur musim panas atau musim dingin yang sangat panjang. Atau Jepang yang
hampir tiap 2 minggu ada libur perayaan. Indonesia Cuma ada libur tengah tahun
dan libur akhir tahun. Itupun, kalau dari yang gue amatin, kebanyakan libur
tengah taun dimanfaatin buat daftar masuk sekolah atau ajaran baru. Jadi
pikiran dan uang yang ada fokus buat ke arah sana. Sedangkan kalau liburan buat
jalan-jalan kebanyakan di akhir taun. Tapi ya, musim hujan bakal lebih aktif di
bulan BER (NovemBER-DesemBER). Dan hujan bisa jadi musuh di Samarinda.
Masa iya harus ada pemberlakuan Travel Warning ke Samarinda saat musim Hujan?
Tinggalkanlah dulu proyek taman indoor yang cukup menyita
perdebatan, sebelum infrastruktur pendukung lain terbangun baik. Ataupun taman-taman
penuh Lampion di pinggiran tepian Mahakam. Disaat Samarinda masih dihantui
dengan menu Byar-Pet tanpa kejelasan.
Semoga ada kabar menyenangkan tentang pembangunan Taman-taman
kota dengan pohon yang sebanyak-banyaknya, yang bisa menjadi kantong-kantong
resapan air untuk mengurangi banjir. Berharap pula ada Headline koran mengenai wisata-wisata
alam samarinda yang kini banyak terlupakan perawatannya, hidup dan berjaya
kembali. Wisata Air Terjun Tanah Merah, Air Terjun Batu Besaung & Pinang
Seribu, atau wisata air di Waduk Benanga, Polder Air Hitam, dan tentunya, Lahan
Bekas Tambang yang menjamur di Samarinda mungkin bisa jadi wisata menarik.
Tentunya akan lebih menguntungkan dengan tambahan penghasilan bagi warga
sekitar serta memumpuk rasa mencintai alam bagi anak cucu.
Gue harap, semua pendukung infrastruktur di samarinda bisa
selesai secepat dan sebaik mungkin, Bandara Sungai Siring yang estimasinya bisa
menampung 5 juta penumpang setiap tahunnya dan Pengendalian Banjir Samarinda.
Jadi nanti gue bisa dengan bangga menceritakan wisata bisa dijalanin di Kaltim,
dengan transportasi yang ringkas dan mudah. Tanpa harus membuang dua jam
melelelahkan ke rumah tetangga dan harus mengarungi Sungai-sungai Siluman. Samarinda
juga terbebas dari panas, debu serta polusi dari tambang batubara yang
mengitari kota. dan
paling penting, ke”ringan tangan”an Warga Samarinda untuk memungut dan membuang
sampah pada Tempatnya, bukan di selokan atau bantaran sungai. Sebab luapan Tangisan
Sungai-sungai akan membawa balasan kepada kita sendiri.
No comments:
Post a Comment