Hari Valentine dan Perlawanan Hukum Si Jomblo



Emang udah jadi trendmark buat bulan februari deh. Setiap tahunnya bakal dipenuhi balon-balon lambang hati dan berhiaskan warna merah maupun pink yang mengisi langit-langit mall, tema acara-acara TV, ataupun meme di media sosial.

Tepat di 14 februari, yang jadi hari bagi sejuta umat buat ngungkapin rasa kasih sayang dengan kekasihnya. Hari yang dikhususkan buat perayaan Valentine Day atau biasanya disebut V-Day. Entah V itu untuk Valentine atau semacam kode rahasia bagi para cowok-cowok untuk mendapatkan V lain? Entahlah.
Valentine Day dari evbuc.com

Ramainya perayaan ini juga didukung sama anak-anak ABG yang latah dalam pergaulan, kalau ada yang berasal dari barat, pasti keren. Cuma buat ikut-ikutan ataupun tuntutan dari pacar. Tanpa paham, bagaimana sejarah sebenarnya dari perayaan tersebut. Menurut beberapa buku sejarah, awalnya perayaan ini untuk mengenang kematian Santo Valentino di Italia, yang dibunuh karena melindungi seorang laki-laki dalam gerejanya, agar tidak pergi berperang, demi bersama kekasihnya. Lebih kurang ceritanya seperti itu. Atau ada cerita konspirasi bahwa V-Day ini adalah perayaan dari kaum Illuminati, dimana tiap anggotanya “merebut paksa” keperawanan anak gadis setiap tanggal 14 Februari. Entahlah. Tanpa harus mengeluarkan kata-kata “gue Islam dan tidak merayakan Valentine”, gue emang gak suka terhadap perayaan-perayaan tidak ada kejelasan manfaatnya.

Hukum jomblo dari meechan.me
Apapun itu semua, setiap perayaan Valentine Day ini sebenarnya bisa bikin yang ngerayainnya dilaporin ke polisi loh! Kok bisa ya? Ok, ditengah orang yang sedang dimabuk cinta di hari valentine, gue iseng-iseng buka hukumonline.com buat belajar masalah hubungan hukum kesehatan, tapi malah salah fokus. Haha.

Membaca beberapa artikel di website itu, menjadikan jomblo mendapat angin segar terhadap para pasangan yang sering memamerkan kemesraan mereka, yang membuat si jomblo merasa tersiksa. Contohnya aja, banyak pasangan yang bakal mesra-mesraan di hari valentine dengan gandengan tangan, rangkulan, atau bahkan pelukan. Ini kadang dilakukan tanpa liat-liat tempat atau liat-liat jomblo di sekitarnya L. Btw, hati-hati kalau si jomblo bisa ngelaporin kamu ke polisi, soalnya

Pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur sebagai berikut“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.”
Pelukan Mesra dari Talkmen.com
KUHP sebenarnya gak ada ngasih penjelasan tentang batasan kesusilaan itu gimana, soalnya batas susila dan kesopanan di tiap daerah kan berbeda dan ada aturan masing-masing. Tapi kalau menurut masyarakat, utamanya orang sekitarnya, merasa risih dan tidak nyaman, bisa dianggap melanggar pasal itu loh. Hehe
Lain lagi buat pasangan LDR, mungkin di valentine kali ini, Cuma bisa skype, video call, atau Chat sama si pacar yang jauh disana. Atau malah saling kirim foto untuk menuntaskan kangen. Asal jangan kelewatan ya, tentang video dan foto yang dikirim. Soalnya, kalau “kelebihan” yang dikirim, bisa kena
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi  adalah “ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan”. Perbuatan ini dapat diancam dengan penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah), menurut Pasal 29 UU Pornografi.
Stop Pornografi dari thepatria.com
Dimaksudkan pasal diatas adalah membuat sesuatu yang bersinggungan minimal dengan tampilan yang mengesankan ketelanjangan dari diri sendiri yang ditujukan bukan buat kepentingan pribadi, tapi dibagikan sama pihak lain. Itu bisa kena loh! Macam kasusnya Ariel-Luna-Cut Tari. J

Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik melarang setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik atau Dokumen Elektronik yang mengandung muatan yang melanggar kesusilaan. Dapat ancaman paling lama pidana penjara 6 tahun dan denda paling banyak satu miliar rupiah.
Perlindungan Anak dari bimbingan.org
Nah, beberapa berita di media Indonesia juga memberitakan mengenai penggrebekan pasangan yang terkena razia di beberapa hotel saat hari Valentine. Tentunya ini jadi berita yang rutin banget tiap tahunnya. Yang ditangkap gak Cuma pasangan tua, bahkan yang muda dan masih berstatus mahasiswa bahkan pelajar juga terjaring. Bukannya apa ya, anamnya berduaan saja di kamar hotel, tentu bikin pemikiran, kalau ada perbuatan tidak-tidak. Dengan tuduhan seperti itu dengan usia si pacar yang masih di bawah umur (kategori dari KOMNAS Anak itu dibawah usia 18 tahun), bisa kena UU Perlindungan anak dengan diancam hukum penjara 5 sampai 15 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar.
Terakhir, V-Day ini katanya untuk apresiasi rasa kasih sayang sama pasangan dengan simbolnya ngasih sebuah benda yang HARUS diberikan sama orang yang disayang, bisa bikin bokek juga. Iya kalau pasangannya yang disayang Cuma satu. Kalau yang di”sayang”nya banyak? Mungkin bisa kena pasal 378 KUHP, kasus penipuan, gara-gara ngomong “Cuma kamu yang aku cinta di dunia ini”. haha

Apapun itu semua,  jangan lupa untuk menyanyangi dan mencintai orang tua. Orang tua yang tanpa ada batasan dalam cinta dan sayang bagi anaknya. Bukan Cuma di hari Valentine, tapi di sepanjang jaman.



Keep Calm and Be Single Happy

Sambil denger lagu ini ya :)

“Sendirian terus nih? Kapan punya pacar?”

Pertanyaan seperti diatas mungkin bakal jadi pertanyaan wajib tiap kali gue ketemu sama teman ataupun saudara saat ada acara-acara keluarga ataupun pernikahan teman. Pacar, sepertinya udah jadi suatu keharusan bagi seseorang untuk jadi pelengkap di suatu acara, pengisi status di media sosial, atau pengisi galeri di instagram.

Apakah memang harus seseorang memiliki pacar? Emang kalau gak punya pacar bakalan mati? Seandainya saja di dunia ini gak ada Raditya Dika ataupun akun Dagelan yang membuat seorang single putus asa. Haha. Tanpa harus pacaran pun, gue merasa tetap bahagia. Karena pacaran itu memang bukan suatu tuntutan.

Single Happy
Banggalah menjadi seorang single. Itu yang selalu gue pikirin. Gue bisa survive tanpa seorang pacar, karena gue gak mau direcokin oleh kata-kata orang lain yang menganggap bahwa gue udah harus punya pacar. Gue udah membentuk “immunity” terhadap ocehan orang lain. Yang ada, malah gue merasa menjadi orang yang harus bersyukur dengan apa yang udah terpenuhi buat gue sekarang. Gak perlu galau karena gebetan udah keduluan di tembak, gak perlu gelisah karena pacar gak ngasih kabar. Gue bangga menjadi seseorang yang bisa bertahan dari tekanan-tekanan di lingkungan sekitar gue. Dan itu membuat gue belajar agar menjadi seseorang yang lebih kuat.

Kebanyakan orang juga akan bilang : Pacaran itu emang buat repot, perlu tenaga dan pikiran ekstra, tapi itu bisa bikin bahagia. Apa memang selamanya bahagia cuma bisa didapetin lewat pacaran? Kan gak! Bahagia bisa didapetin bersama ayah dan ibu, orang yeng memiliki kasih sayang tak terbatas. Apalagi gue yakin bisa menyeimbangkan kehidupan gue dengan baik, dan hubungan pacaran gak jadi prioritas gue, karena ada target lain yang masih gue kejar.

“Kenapa gak coba dulu sama si A? Atau sama si B? Kalau gak cocok, ya kan bisa cari lagi.” Ini mungkin juga jadi argumen orang-orang. Emang dikira pacaran itu kayak nyobain baju kali ya? Atau macem asas ekonomi gitu. Asal ada yang mau, dipacarin aja. Gue sangat keberatan sama pemikiran macam ini. pasangan itu bukan Cuma asal suka sama suka. Tapi yang memang tepat. Mungkin orang berpikir kalau gue sombong atau jual mahal, atau standar tinggi, sampai gak punya pacar. Padahal gue Cuma memastikan bahwa hubungan itu terjalin dengan orang yang tepat. Ingat,  “The One” itu gak datang secepat kilat (tapi lebih cepet paket YES deh. Hehe).

“Tidak ada pacaran Dalam Islam”, Ketika kebanyakan orang tak akan keberatan memulainya karena hanya berpikir berlandaskan rasa, gue menempatkan ajaran agama sebagai acuan utama. Itu sah-sah saja kan, karena memulai atau tak memulai hubungan adalah keputusan yang personal. Akan sangat sulit menentukan aturan ‘pacaran’ yang bisa berlaku buat semua orang. Bahkan konsep pacaran zaman dulu saja sangat berbeda dengan zaman sekarang. Ajaran agama justru bisa jadi acuan yang konsisten dalam mengatur hubungan kita dengan sesama manusia, termasuk pasangan dan calon pasangan.
 
Married


“Jadi Sebenarnya apa sih tujuan utama orang pacaran? Buat pendekatan personal satu sama lain? Buat teman ke pernikahan?
Jika alasannya Cuma buat pendalaman, kan banyak cara lain selain pacaran. Kalau buat status, emang gak bisa hidup kalau statusnya single? Kalau buat pernikahan, kenapa gak langsung aja?”



Gue punya pikiran seperti itu, karena emang gue gak sepaham sama konsep paqcaran itu buat “coba-coba” pasangan sebelum menikah. Apalagi, ajang tersebut justru bisa bikin sakit hati, galau, gak enak ngapa-napain kalau ternyata gak sesuai espektasi yang diharapin. Menurut gue, kalau tertarik dan sudah sama-sama serius… langsung menikah bukanlah masalah!

Semoga orang yang seringkali memandang miring keputusan itu bisa mengerti: pacaran itu bukan keharusan!

Tetap Happy ya :)